Minggu, 27 Januari 2013

Tepatkah Roy Suryo menjadi Menpora?

Anggota Komisi I DPR, Roy Suryo, disebut menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Andi Alfian Mallarangeng yang memutuskan mengundurkan diri pada Desember 2012. Penunjukan Roy ini langsung atas pertimbangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, Kamis (10/1/2013), saat dihubungi wartawan. Saat ditanyakan lebih lanjut alasan penunjukan Roy, Mubarok menuturkan bahwa itu menjadi pertimbangan penuh Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Majelis Tinggi Partai Demokrat, lanjut Mubarok, juga mengikuti penuh instruksi Presiden SBY. "Memang melalui majelis tinggi, tapi majelis tingginya kan Pak SBY juga. Kami hanya nurut saja," imbuh Mubarok.

Mubarok juga yakin Roy bisa menjadi Menpora yang baik meski selama ini politisi Demokrat itu kerap berhubungan dengan dunia informasi dan teknologi. "Dia memang IT, tapi saya melihat dia kalau soal olahraga kan bisalah," kata Mubarok. Ia berharap di bawah Roy, dunia olahraga Indonesia bisa lebih maju. Roy juga diharapkan bisa meneruskan program-program dalam waktu yang singkat. "Terutama membudayakan olahraga di masyarakat sambil membina atlet-atlet yang ada," ucapnya. Terkait pengganti Roy di parlemen, Mubarok mengatakan, nanti posisi Roy di Komisi I bisa digantikan oleh kader Demokrat yang sempat menjadi caleg di daerah pemilihan Yogyakarta. 
 
Tepatkah Roy Suryo menjadi Menpora?  
Mendengar Roy Suryo jadi mempora pasti di benak hati anda berkata kurang setuju karena dari teknologi terjun ke olahraga itu tidak sepele bagi rakyat indonesia. Tapi Semoga dengan memilih Roy Suryo menjadi menpora, dunia olahraga di indonesia menjadi lebih baik.


REFERENSI :
  1. http://nasional.kompas.com/read/2013/01/10/15582687/Demokrat.Roy.Suryo.Menpora 

Perlukah kita mengembangkan mobil listrik mewah?

Menteri Negara BUMN sendiri mempromosikan mobil listrik Tucuxi dan sempat mengalami kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Pemerintah sendiri menargetkan, produksi mobil listrik secara massal mencapai 10 ribu unit pada 2014. 

Fenomena mobil listrik ini sebenamya mengemuka tak lama setelah isu kenaikan harga BBM yang sedianya diberlakukan pada awal April 2012 yang lalu. Saat itu juga muncul gagasan untuk memasyarakatkan penggunaan bahan bakar gas (BBG). Pemunculan mobil listrik ini seakan menjadi jawaban di tengah beban subsidi dan konsumsi BBM yang semakin meningkat.

Mobil listrik ini sebenamya bukan barang baru. Mobil bertenaga listrik sendiri mulai dikembangkan sejak pertengahan abad ke-19. Tidak jelas benar siapa sebenamya yang memulai teknologi mobil listrik itu. Beberapa sumber menyebutkan, pada 1828, seorang warga Hongaria, Anyos Jedlik, mengembangkan tipe awal motor listrik yang kemudian digunakan untuk menggerakkan motor.

Jika mobil listrik ini menggunakan energi listrik yang berasal dari pembangkit listrik yang masih menggunakan bahan bakar minyak maka argumentasi bahwa mobil listrik akan sepenuhnya ramah lingkungan belum kuat. Yang terjadi di sini hanyalah pengalihan dari BBM yang digunakan oleh mobil pada pembangkit tenaga listrik.

Apabila memang pemerintah hendak mengembangkan penggunaan energi listrik pada transportasi, setidaknya harus ada urutan logika yang konsisten. Mulai dari strategi dan teknologi di hulu dalam menggerakkan energi listrik yang harusnya sudah bisa ramah lingkungan dan berkelanjutan sampai pada sisi hilir, tempat seharusnya transportasi publik yang nyaman dan reliable digerakkan oleh tenaga listrik yang harusnya diutamakan untuk dikembangkan.

Perlukah kita mengembangkan mobil listrik mewah?

Menurut saya boleh-boleh aja tetapi tidak usah mewah, standar saja. Mobil listrik ini juga membantu pemerintah dalam soal BBM yang semakin hari semakin meningkat harganya dan susah di jangkau. Dengan adanya mobil yang menggunakan listrik ini kita dapat menghemat BBM, menghilangkan populasi serta ramah lingkungan.


REFERENSI :
  1. http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/12619

Keamanan Website Presiden

Informasi tim IT situs presidensby.info dinyatakan bahwa situs tersebut tidaklah di “hacked” atau kenyataan bahwa tidak ada perubahan sama sekali pada mesin server presidensby.info, tetapi hanya terjadi perubahan penunjuk jalan (serangan di level DNS) menuju server tersebut ketika diakses pengguna oleh attacker.  Pada saat terjadinya serangan, hal ini dibuktikan dengan akses ke situs yang sama dengan alamat domain berbeda yaitu presidenri.go.id tetap dapat berjalan dengan baik tanpa ada perubahan tampilan. Secara teknikal, mesin server situs presidensby.info memiliki alias  name (domain) presidenri.go.id.

Sebenarnya persiapan serangan melalui pembelokan domain presidensby.info ke sebuah situs lain sudah dimulai sejak 8 Januari 2013.  Ini tercatat di serial zone domain (presidensby.info) yang dibuat oleh attacker/pelaku pada sebuah server Hosting/DNS Lokal.

Berikut informasi zone domain presidensby.info yang dibuat oleh attacker.

A

host
type
ip
class
ttl
presidensby.info A 210.247.249.58 IN 1440
NS

host
type
target
class
ttl
presidensby.info NS id1.jaxxxxxnetwork.com IN 86400
presidensby.info NS id2.jaxxxxxnetwork.com IN 86400
SOA

host
type
mname
rname
serial
refresh
retry
expire
minimum-ttl
class
ttl
presidensby.info SOA id1.jaxxxxxnetwork.com admin.jaxxxxxnetwork.com 2013010802 86400 7200 3600000 86400 IN 8640
MX

host
type
pri
target
class
ttl
presidensby.info MX 0 presidensby.info IN 14400

Sedangkan host kedua NameServer (id1.jaxxxxxnetwork.com dan id2.jaxxxxxnetwork.com)  memiliki IP yang sama dengan mesin yang ditunjuk sebagai presidensby.info yaitu 210.247.249.58.
Server Hosting inilah yang memiliki virtual host untuk domain presidensby.info berisi halaman dengan Status Hacked by MJL007  dan "Jember Hacker Team". Jadi konten halaman berjudul  Hacked by MJL007 bukan terdapat pada mesin server presidensby.info atau presidenri.go.id  yang beralamat di 203.130.196.114.

Untuk menelurusi siapa dan dari mana pelaku yang mengaku MJL007 dan Jember Hacker Team, tim digital forensic Polri seharusnya sudah melakukan investigasi dan data acquisition dari mesin hosting beralamat 210.247.249.58  tersebut, karena pada mesin tersebutlah terdapat system dan access log aplikasi server yang digunakan si pelaku untuk membelokkan penunjuk alamat domain presidensby.info. Jadi log server yang dianalis harusnya bukan pada server  203.130.196.114, melainkan mesin  hosting beralamat 210.247.249.58. Dari mesin ini akan dapat diidentifikasi alamat yang digunakan pelaku, meskipun saat kejadian pelaku bisa saja menggunakan alamat-alamat palsu, biasanya sepandai-pandainya seseorang pelaku, tetap ada kesalahan (kecil) yang berakibat fatal yang mengungkap dirinya.

Selain dari mesin tersebut, berdasarkan zone yang dibuat pelaku, maka terhadap pemilik atau administrator domain dan hosting jaxxxxxnetwork.com juga wajib harus  dilakukan investigasi. Karena jelas-jelas pelaku menggunakan  subdomain  jaxxxxxnetwork.com (id1 dan id2) sebagai tools pelaku.

Terdapat beberapa kemungkinan bagaamana cara pelaku merubah data Nameserver pada Administrative Domain presidensby.info. Kemungkinan pertama, persis seperti kejadian tahun 2007, dimana server yang memiliki otoritas mengelola zone domain presidensby.info di serang sehingga memberikan alamat NS atau mendelegasikan NS ke server yang sudah dipersiapkan si pelaku. Kemungkinan berikutnya adalah pelaku mendapatkan akses ilegal yang menjadi account administrative/technical contact domain presidensby.info, sehingga dapat dengan mudah merubah NS yang menjadi otoritas  domain tersebut.

Untuk memastikan hal tersebut, tentu saja administrative contact domain presidensby.info bisa dimintain keterangannya. Administrative/Technical Contact pengelola domain presidensby.info bisa dilihat dari info whois (per 12 Januari 2012) .



REFERENSI :
  1. http://josh.rootbrain.com/blog/2013/01/12/analisis-internet-forensic-kasus-website-presidensby-info/

Banjir Jakarta dari segi ekonomi

Banjir yang terjadi minggu lalu, sempat melumpuhkan Jakarta akibatnya terkena dampak ekonomi yang cukup luas. Dampaknya sampai terasa di Jawa Tengah. Industri tekstil di Pekalongan, misalnya, memasarkan hasil produksinya ke Jakarta. Sopir-sopir truk segan pergi ke Jakarta karena takut kendaraannya akan macet di Jakarta. 

Maka banjir ini pasti juga menaikkan harga sehingga mempengaruhi tingkat inflasi. Akan tetapi, dampak keseluruhannya kiranya tidak akan terlalu besar. Inflasi akan naik, mudah-mudahan kurang dari satu persen. Banjir juga tidak merusak, sampai menghancurkan, bangunan seperti gempa bumi (di Jogja). Banjir di Jakarta juga bukan musibah yang terus menerus. Tetapi, justru oleh karena ibu kota yang terkena, yakni tempat pemerintah dan lokasi pengambilan keputusan, maka pengaruh ekonominya juga akan luas.

Beberapa proyek untuk menghalau dampak buruk juga sempat dikemukakan di media massa, seperti pembuatan banjir kanal (timur dan barat), pembuatan ratusan situ di selatan Jakarta untuk menampung luapan air dari daerah Bogor dan Puncak. Jumlah biaya proyek-proyek demikian sampai trilyunan rupiah, sehingga pelaksanaannya belum bisa dipastikan sekarang, karena keperluan pembangunan ekonomi dan sosial yang juga mendesak (dan sifatnya terus menerus) cukup banyak, seperti di bidang kesehatan, pendidikan dan pembangunan infrastruktur desa. Tetapi, “trauma” dari pengalaman banjir yang baru lalu ini pasti juga menambah desakan atau urgensi sehingga “cicilan” pengeluaran akan diperbesar di waktu yang dekat.

Maklumlah, banjir adalah gejala musiman yang setiap tahun kembali di bulan Januari atau Februari, sehingga penduduk dianggap sudah terbiasa. Banjir besar seperti yang baru lalu ini juga hanya terjadi sekali lima tahun. Maka bisa juga “diputuskan” untuk tidak mengeluarkan uang sampai trilyunan, dan uang itu lebih baik dipakai untuk memperbaiki keadaan kesehatan dan pendidikan, serta memperbaiki infrastruktur kampung. Anggaran tambahan yang tidak terlalu besar bisa digunakan untuk memperbaiki selokan-selokan dan sistim drainage kota sehingga genangan air tidak terjadi terlalu lama. 

Kalau keperluan tambahan anggaran demikian masih besar maka bisa dipertimbangkan untuk menaikkan pajak. Karena tujuannya adalah memperbaiki keadaan di Jakarta, sehingga tidak bisa disebut proyek nasional, maka pajak demikian harus dikenakan kepada penduduk Jakarta saja. Pajak bisa berupa pajak pendapatan atau pajak atas kekayaan atau harta benda. Yang paling cocok adalah pajak PBB, atas tanah dan bangunan, karena penanggulangan banjir lebih terkait kepada (nilai) tanah dan bangunan.

Banjir besar yang lalu sempat mengganggu kehidupan normal penduduk dan penguasa di Jakarta maka bisa menimbulkan suasana “krisis”, yakni sesuatu yang mengancam kehidupan normal. Suasana krisis bisa mempunyai berkah, ia bisa membuka mata lebih lebar dan membuat orang lebih bersedia untuk mengurangi kenyamanan yang biasanya ia nikmati. Suasana atau alam fikiran demikian bisa dipergunakan untuk mendorong tercapainya suatu keputusan yang sampai sekarang terkatung-katung. Hal demikian mungkin penting bagi pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sering dilihat ragu-ragu.

Di lain pihak, kita jangan lupa bahwa banjir besar yang lalu menimpa (hanya) Jakarta. Maka pemerintahan Jakarta yang lebih banyak dilanda “krisis” ini. Tetapi, akibat jelek banir di Jakarta tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah di DKI saja, akan tetapi memerlukan dukungan dari daerah-daerah sekelilingnya, seperti Depok, Bogor, Tanggerang dan Bekasi. Maka Pemerintah Pusat juga harus turun tangan. Kesempatan demikian bisa dipergunakan untuk menyelesaikan salah suatu kesulitan yang dihadapi pelaksanaan otonomi daerah. Pembagian wewenang antara Pemerintah Pusat, Gubernur dan Bupati sering masih rancu. Kalau bisa diselesaikan untuk DKI maka mungkin bisa dibuat contoh untuk lain tempat.

Banjir di Jakarta ini pasti akan menaikkan tingkat inflasi, walaupun mudah-mudahan hanya sedikit. Dampaknya hanya seketika (once over), akan tetapi sesudah itu masih ada keperluan pengeluaran yang banyak untuk membiayai pemulihan ekonomi. Dalam hal ini sistim perbankan harus lebih banyak menyumbang daripada pemerintah pusat lewat anggaran belanjanya. Maka Bank Indonesia harus memperhitungkan ini. Kalau inflasi meningkat maka bisa dibilang tidak adil, karena orang di Sulawesi dan Sumatra harus ikut menanggung beban untuk meringankan derita penduduk di Jawa. Akan tetapi begitulah konsekuensi punya NKRI.


REFERENSI :